Oleh: Azriadian El Haq*
Ka-Fossei
atau yang disebut Korps Alumni Forum Siaturahmi Studi Ekonomi Islam
adalah wadah yang dibentuk untuk para alumnus/yang tidak masuk dalam
structural KSEI. Diharapkan lewat wadah ini aspirasi, keilmuan, mapun
kontribusi bagi para aktivis KSEI bisa tersalurkan. Dalam kenyataannya
tidak sedikit ditemua para alumnus ini sudah kehilangan kontak dengan
KSEI-nya atapun sudah tidak mau berkontribusi bagi KSEI. Sangat
dimaklumi jika memang begitu, mungkin karena aktivitasnya semakin padat.
Tapi jangan sampai hal itu melupakan kontribusi KSEI-nya.
Inilah
yang hendak dibahas, kalau Ka-Fossei selalu dimaklumi begitu, kapan ada
kontinuitas gerakan bagi ekonomi islam. Hal ini akan bertolak belakang
dengan siklus reproduksi kader KSEI. Diawalali dengan susah payah
merekrut, membina, mecetak kader-kader agar militan dalam menghidupi
KSEI-nya, memperjuangkan ekonomi islam, tetapi setelah lulus dari KSEI
bekerja lalu lupa akan KSEI-nya. Militansi juga jangan hanya
dipertanyakan untuk kader-kadernya yang masih masuk dalam struktural,
tetapi juga peran alumninya. Dilema yang berulang-ulang bagi KSEI akan
selalu menyertainya, karena tiap tahun yang mati-matian bekerja pasti
yang hanya masuk structural. Adanya kesinambungan peran alumni juga agar
tidak selalu mulai dari nol, dan kepemimpinan yang baru tidak cenderung
dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan seperti masa lalu.
Masih juga bertolak belakang dengan ide kesadaran (baca artikel: Fosei, Kesadaran Sejarah dan Kolektif,Konsep Kesadaran perspektif Kuntowijoyo). Karena ide dasar yang hendak ditanamkan akan hilang seketika ketika menghadapi dunia nyata (real world).
Kesadaran kolektif di KSEI-nya berubah menjadi kesadaran pribadi
sendiri. Kesadaran sejarah akan masa depan kolektif menjadi kesadaran
masa depan pribadi. Peran yang diharapkan bagi KSEI berupa materi dan
non-materi. Alumni melihat dan mengajak diskusi para kader secara
psikologis tentu akan berbeda dalam mempengaruhi mental kader.
Gerakan
Ka-Fossei memang sudah diawali sudah ada koordinatornya, tetapi yang
sulit adalah bagaimana gerakan itu bisa dibuat secara kontinyu,
berkesinambungan dengan program-program yang selaras dengan KSEI atau
Fossei. Ada dua pendekatan untuk memaksimalkan peran alumni yaitu
gerakan internal dan eksternal. Gerakan internal adalah bagaimana peran
kedalam (baca; KSEI-nya) alumni. Terdapat program yang dibangun dalam
menyinambungkan psikologis KSEI dengan alumninya. Gerakan eksternal
adalah bagaimana peran/gerakan keluar bagi alumni, misalnya program
kusus bagi alumni, dalam meningkatkan kapasitasnya, jadi bukan sekadar
temu alumni atau hura-hura seperti anak kecil.
Walaupun
dalam penggambaran belum sedetail konsep gerakan yang sempurna, paling
tidak itu bisa dijadikan gambaran awal bagi kontinuitas peran
alumni-alumni (Ka-Fossei) bagi KSEI-nya atau bagi ekonomi islam secara
umum. Mungkin ada KSEI yang sudah mulai memaksimalkan peran alumninya
tetapi banyak pula yang belum. Jika memang program itu berlanjut mungkin
kesadaran sebagai ummah wahidah
akan tercapai, atau paling tidak dengan menyadari pentingnya peran
Ka-Fossei mereka akan selalu dibutuhkan dalam mengentaskan kaum mustada’afin
atau peran terhadap kader-kader yang masih didalam structural, ikatan
gerakan dan ikatan emosional akan selalu terjalin. Dan Umar pun berdoa “Aku berlindung pada Allah dari kelaliman orang jahat dan diamnya orang baik”. Begitu.
*Penulis
adalah mahasiswa FAI Jurusan syariah semester 5, Staf KIO (Kontrol
Internal Organisasi) Departemen 4 Kaderisasi FoSEI FEB UMS