ETIKA BISNIS DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : Said Sidqi
Bisnis merupakan salah satu
dari sekian jalan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Artinya Allah SWT telah
memberikan arahan bagi hamba – Nya untuk melakukan bisnis. Dalam Islam sendiri terdapat
aturan maupun etika dalam melakukan bisnis. Kita sudah diberikan contoh riil
oleh Rasulullah SAW.bagaimana beliau melakukan bisnis dengan cara berdagang.
Bahkan hal tersebut telah dilakukannya dari kecil ketika diajak pamannya Abu
Thalib untuk berdagang ke Syam. Dan dimana ketika seorang saudagar wanita kaya
yakni Siti Khadijah r.a mempercayai beliau untuk menjual dagangannya kepasar
maka, Rasulullah pun melaksanakannya dengan kejujuran dan kesungguhan.
Dalam pandangan Islam
terdapat aturan ataupun etika yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau
melakukan bisnis apalagi dia adalah seorang mukmin. Seorang mukmin dalam
berbisnis jangan sampai melakukan tindakan – tindakan yang bertentangan dengan
syariat. Rasulullah SAW.banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di
antaranya ialah: Pertama,bahwa
prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran
merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens
menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau
bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai
aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani).Kedua, dalam Islam tidak hanya
mengejar keuntungan saja (profit oriented) tapi, juga harus memperhatikan
sikap ta’awun (tolong – menolong) diantara kita sebagai implikasi sosial
bisnis. Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi
Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu
dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi
bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi
hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat Abu Dzar, Rasulullah saw mengancam
dengan azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah
tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R. Muslim). Keempat, bisnis dilakukan dengan suka rela,
tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan
bisnis yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS. 4: 29).Kelima,
bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai
orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS.
al-Baqarah:: 278) dan masih banyak lagi etika ataupun petunjuk bisnis dalam
Islam. Semua yang disebutkan diatas harus benar – benar dilakukan agar apa yang
kita lakukan mendapat ridho- Nya.
Selain kita berhubungan
dengan manusia yang lain (hablum minannas) kita juga harus menjalin
hubungan dengan Sang Khaliq (hablum minallah), sehingga dalam setiap
tindakan kita merasa ada yang mengawasi yakni Allah SWT. Keyakinan ini harus
menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini karena
bisnis dalam Islam tidak semata – mata orientasi dunia tetapi harus punya visi
akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan
etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam. Dalam
ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal
yang bertentangan sebab, bisnis yang merupakan simbol dari urusan duniawi juga
dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akhirat.
Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan
sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Allah SWT), maka bisnis
dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan
keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri
tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia
yang dibisniskan (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala
akhirat.
Jika sekiranya kaum
muslimin mengetahui dan memahami apa saja yang harus ada pada pribadi pembisnis
yang sesuai dengan dustur yang telah ada ( Al- Qur’an dan Al- hadits), maka
niscaya akan tercipta suasana yang harmonis serta akan terjalin ukhuwwah
Islamiyah diantara kita. Dan hanya kepada –Nya lah semua urusan dikembalikan.
Yaa Illaahi Anta maqshudi wa ridhooka mathlubi. Wallahua’lam.