Pemulihan UMKM Melalui Transformasi Digital Di Masa Pandemi Covid-19
Azzahra Shavira Putrie
Rahma Tarisa
Email: azzahra22075@gmail.com dan rhmaatarisa19@gmail.com
Abstrak
Artikel ini mengkaji tentang melemahnya perekonomian Indonesia di masa pandemi
Covid-19 terutama pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tujuan
dari artikel ini adalah untuk memulihkan UMKM melalui transformasi digital. Penyebaran
corona virus ini sangat berdampak terhadap integritas bangsa Indonesia. Salah
satunya pada bidang ekonomi terutama pada sektor UMKM. Oleh karena itu,
pentingnya pemulihan UMKM melalui transformasi digital seiring dengan adanya
anjuran dari pemerintah untuk tidak keluar rumah. Jadi, layanan yang ditawarkan
digital platform memungkinkan konsumen untuk tetap berbelanja meski tidak
keluar rumah. Tidak hanya karena layanan pesan antar yang ditawarkan oleh
platform tersebut tetapi juga kemudahan pembayaran transaksi melalui uang
elektronik. Go-Food melaporkan bahwa terjadi peningkatan transaksi hingga 20%
dari awal pandemi hingga September 2020, sedangkan Grab-Food mengalami
peningkatan sekitar 4% untuk periode yang sama. Peningkatan transaksi pada
platform perdagangan ritel seperti Tokopedia dan Shopee juga meningkat. Digital
platform pada umumnya dimanfaatkan oleh UMKM pada sektor perdagangan dan
makanan-minuman, dimana mayoritas UMKM Indonesia memang bergerak pada
sektor-sektor tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan digital
platform cukup berperan besar dalam membantu survival UMKM pada masa pandemi.
Dengan demikian, digital platform dapat membantu pemulihan perekonomian pada
UMKM di masa pandemi Covid-19 ini.
Kata Kunci : UMKM, Pandemi Covid-19, digital
1.
PENDAHULUAN
Covid-19 (Coronavirus
disease 2019) merupakan penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus
baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada
tanggal 31 Desember 2019. Covid-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan
pernafasan akut seperti demam diatas 38oC, batuk dan sesak nafas
bagi manusia. Selain itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot dan diare.
Pada penderita Covid-19 yang berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma
pernafasan akut, gagal ginjal bahkan sampai kematian.
Covid-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui kontak erat dan droplet
(percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara. Akibatnya,
coronavirus ini dapat menyebar luas ke beberapa negara, salah satunya yaitu
Indonesia. Meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia, pemerintah meminta agar
masyarakat melakukan social atau physical distancing (pembatasan social
dan pembatasan jarak fisik) guna mencegah penularan Covid-19. Pemerintah juga
menganjurkan masyarakat untuk work from
home (bekerja dari rumah), kegiatan yang biasanya dilakukan di luar
seperti, bekerja, belajar dan beribadah bisa dilakukan di dalam rumah.
Adanya peningkatan jumlah pasien positif
Covid-19 di Indonesia, pemerintah membuat ketetapan baru. Dengan adanya
ketetapan baru dalam beraktivitas yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia
semasa pandemic Covid-19 ini, bentuk pembelajaran baru pun diterapkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, yaitu dengan
sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan secara online atau daring. Hal ini menandakan bahwa coronavirus berdampak
langsung pada bidang pendidikan. Coronavirus tidak hanya berdampak pada bidang
pendidikan saja tetapi di berbagai bidang.
Penyebaran corona virus ini sangat berdampak terhadap
integritas bangsa Indonesia. Salah satunya pada bidang ekonomi. UMKM yang telah
melakukan transformasi digital terutama dengan memanfaatkan digital platform
yang ada, tentunya diuntungkan di tengah hantaman pandemi seperti sekarang.
Selain karena market coverage yang lebih luas, UMKM yang melakukan transformasi
digital juga menjadi lebih siap dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen.
Pada masa pandemi, konsumen cenderung mengurangi aktivitas luar rumah.
Fenomena ini tercermin pada laporan Google
untuk mobilitas masyarakat yang menurun tajam sejak pandemi, terutama untuk
kegiatan rekreasi (termasuk restaurant dine-in, jalan ke mall, dan menginap di
hotel). Penurunan mobilitas tersebut tentunya juga membatasi pengeluaran
masyarakat sehingga aktivitas ekonomi juga menurun.
Layanan yang ditawarkan digital platform
memungkinkan konsumen untuk tetap berbelanja meski tidak keluar rumah. Tidak
hanya karena layanan pesan antar yang ditawarkan oleh platform tersebut tetapi
juga kemudahan pembayaran transaksi melalui uang elektronik. Uang elektronik
membuat konsumen tidak perlu ke ATM untuk menarik uang ataupun melakukan
pembayaran. Fasilitas ini juga sangat nyaman digunakan saat pandemi karena
dapat mencegah penularan virus melalui uang kertas.
Bank Indonesia mencatat dari
Januari-September 2020, rerata nilai transaksi uang elektronik meningkat 31%
dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Nilai transaksi uang elektronik
paling tinggi tahun ini terjadi pada April seiring dengan diberlakukannya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal ini menunjukkan bahwa terbatasnya
mobilitas masyarakat mendorong penggunaan uang elektronik sebagai medium
pembayaran yang lebih aman.
Kemudahan yang ditawarkan digital platform mendorong
aktivitas masyarakat yang dilakukan secara online. Peningkatan tersebut
tercermin dari kinerja sektor informasi dan komunikasi yang tetap tumbuh double
digit dalam dua kuartal terakhir.
Go-Food melaporkan bahwa terjadi peningkatan
transaksi hingga 20% dari awal pandemi hingga September 2020, sedangkan
Grab-Food mengalami peningkatan sekitar 4% untuk periode yang sama. Peningkatan
transaksi pada platform perdagangan ritel seperti Tokopedia dan Shopee juga
meningkat. Tokopedia mencatatkan peningkatan transaksi hingga 3 kali lipat
sejak awal pandemi hingga September 2020, sedangkan Shopee sebanyak 1,3 kali
lipat pada periode yang sama. Dalam kurun
waktu yang relatif singkat itu, Indonesia pun resmi masuk ke dalam resesi
setelah 2 kuartal berturut-turut ekonomi terkontraksi. Belajar dari krisis
1998, UMKM disebut-sebut sebagai penyelamat .
Sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) menjadi salah satu yang paling terdampak akibat Pandemi
Covid-19 karena terbatasnya mobilitas manusia. Tingkat adaptasi pelaku
usaha dengan keadaan juga menjadi kunci bertahannya sektor UMKM dari pandemi. Begitu juga dengan pelaku usaha makanan yang mengubah bisnisnya menjadi
makanan beku. Mereka juga beralih menjual produk di platform e-commerce atau
bekerja sama dengan layanan pesan antar makanan.
Hadirnya program-program
tersebut memberi angin segar kepada kita, namun, kenyataan di lapangan, penetrasi
program tersebut ternyata dirasa belum optimal. Segudang kendala teknis menjadi
penghambat lajunya program pemerintah dalam penguatan UMKM. Beberapa kendala
yang saat ini solusinya berada dalam jangkauan “dua ibu jari” dari 66%
masyarakat Indonesia adalah pencatatan & penggunaan data yang belum
maksimal, serta kesempatan untuk
Tanpa akses ke pasar yang
lebih luas,pencatatan UMKM yang sudah baik pun tidak akan berpengaruh
banyak,karena ketiadaan transaksi yang dapat mendukung ketahanan usaha tersebut
kedepannya. Sarana penjualan secara daring yang kini banyak tersedia mesti
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Asosiasi Usaha Kecil Menengah
Indonesia (Akumindo), kontribusi UMKM dalam Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia tahun 2019 mencapai 60 persen. UMKM bergerak dalam berbagai sektor
perekonomian seperti perdagangan (26.2%), industri material (24.8%), restoran,
makanan, dan minuman (22.6%), dll. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMKM
pun mencapai 121 juta pada tahun 2019. Sudah menjadi rahasia umum bahwa UMKM merupakan segmen bisnis yang cukup
rentan di tengah pandemi ini. Pasalnya banyak UMKM yang secara modal tidak
cukup kuat untuk menghadapi kerugian operasional secara terus menerus. Selain
itu, banyaknya UMKM yang berada dalam kategori sektor informal membuat akses
terhadap pembiayaan modal tambahan menjadi sangat terbatas. Sementara itu,
peran UMKM dalam perekonomian sangat besar.
Besarnya peran UMKM juga
menjadi pertimbangan Pemerintah untuk memberikan stimulus khusus bagi UKM.
Untuk tetap mendukung keberlangsungan UMKM saat pandemi, Pemerintah
menganggarkan Rp 120,6 triliun stimulus dalam Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN).
Alokasi anggaran tersebut
digunakan untuk restrukturisasi kredit UMKM, subsidi bunga, insentif pajak, dan
pembiayaan investasi UMKM. Sampai dengan 18 November 2020, realisasi stimulus
yang diberikan Pemerintah kepada sektor UMKM mencapai Rp 96,6 triliun setara
dengan 84% anggaran yang tersedia.
Meski demikian, UMKM tentunya tidak dapat
bergantung hanya pada stimulus yang diberikan oleh Pemerintah. UMKM perlu untuk
cepat beradaptasi dengan kondisi sekarang agar tetap dapat bertahan baik di
masa pandemi maupun setelah ini berakhir. Terlebih lagi, jika ekonomi kembali normal
namun perilaku konsumen berubah menyesuaikan kebiasaan yang ada pada masa
pandemi ini. Digital platform pada umumnya dimanfaatkan oleh UMKM pada sektor
perdagangan dan makanan-minuman, dimana mayoritas UMKM Indonesia memang
bergerak pada sektor-sektor tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
ketersediaan digital platform cukup berperan besar dalam membantu survival UMKM
pada masa pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto,
B. (2020). Pengembangan UMKM Digital di Masa Pandemi Covid-19. ATRABIS :
Jurnal Administrasi Bisnis.
Thaha,
A. F. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA. JURNAL BRAND,
Volume 2, No. 1
http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-covid-19.html
https://koranbernas.id/dampak-pandemi-covid19-terhadap-sektor-pendidikan-di-indonesia