Suscríbete

Senin, 03 November 2014

Dialektika Ekonomi Islam: Sebuah Tesis, Anti Tesis atau Sistesis ?



Oleh: Azriadian El Haq*


Dalam melihat fenomena ekonomi islam atau ekonomi syariah biasanya menggunakan sudut pandang islam. Tetapi jarang melihat dari pisau sudut pandang pemikiran diluar islam. Dan menganggap pemikiran dari luar itu adalah virus yang harus dihindari (phobia) karena kita sudah menganggap mazhab tertentu misal, yang akan membuat cakrawala berfikir parsial. Kejumudan berfikir yang demikian juga akan mengakibatkan sebuah kajian (baca; ekonomi islam) akan terlihat eksklusif padahalkan islam itu universal, bagi semua makluk (rahmatan lilalamin).
Ekonomi islam tentu tidak terlepas dari sejarahnya yang diawali dengan tongkat estafet nabi Muhammad sampai masa kejayaannya dan kemundurannya, sampai sekarang mulai bangkit lagi. Berkaitan dengan sejarah mungkin ada yang sudah mengenal tokoh ini Georg Wilhelm Friedrich Hegel1, seorang ahli filsafat sejarah dari Jerman yang mengembangkan pemikiran dari Imanuel Kant. Ia mencetuskan apa yang disebut dialektika hukum sosial, berlaku sampai kapanpun dan dimanapun. Sejarah kehidupan ini akan selalu berbenturan entah ada yang baru, mempertahankan yang lama atau kompromi keduanya. Dialektika Hegel menyatakan bahwa ada yang disebut tesis, anti tesis dan sintesis. Kalau saya gambarkan dengan tahap 1-2-3-4.
Walaupun teori ini sepertinya terlalu sederhana untuk dipakai dalam fenomena sekarang, tetapi para ahli masih mengangap ini relevan. Fenomena A (tesis) dilawan dengan B (anti tesis) jika A menang akan menjadi A (sintesis) begitu sebaliknya. Jika terjadi kompromi A dengan B terbentuk solusi C, maka C adalah sintesis. Proses sistesis adalah hasil benturan keduanya (entah itu kompromi, win-win solution, perjanjian, atau ide baru, dan semua proses sosial atau budaya baru) begitu seterusnya.2 Hasil sintesis akan menjadi tesis lalu terbentukan anti tesis begitu seterusnya.
Jika dilihat dari sejarahnya ekonomi islam pada masa nabi kususnya fase di Madinah ia berupa anti tesis lalu berubah menjadi sintesis pengganti kebiasaan perekonomian masyarakat jahiliyah pada waktu itu. Pada era modern, misal terdapat ekonomi kapitalis eropa untuk menjajah (baca; tesis), muncul Karl Marx membawa ide ekonomi sosialis (baca; anti tesis) untuk melawan para kapitalis-kapitalis. Dalam perjalanan waktu ternyata belum bisa membendung arus kapitalisme, singkat cerita kapitalisme menang dengan beberapa kompromi-kompromi dengan sisi humanis, terbentuklah sintesis baru neo-kapitalisme. Dilain pihak terdapat ekonomi baru dari negara gelombang ketiga timur tengah yang mencoba memunculkan kembali ekonomi religiusnya, yang sekarang sudah merambah ke banyak negara yaitu ekonomi islam/syariah. Dengan reinterpretasi, penafsiran kembali teori yang ada di Alquran hadis untuk diaplikasikan.
Dengan menggunakan hukum perubahan sosialnya Hegel ekonomi islam ini masuk katagori apa ?. Para kalangan pesimistis mengatakan (tesis) karena ekonomi islam adalah wajah baru neo-kapitalis dihadapan umat muslim agar melanggengkan korporsinya. Ada yang mengatakan (anti tesis) karena memang asas-asasnya bertentangan dengan kapitalisme, tetapi ekonomi islam juga belum merambah semua sektor artinya belum digunakan solusi semua negara. Ada juga yang mengatakan sudah menjadi (sintesis) baru karena wajah ekonomi islam terbungkus baru lewat kompromi, pertentangan dan ide baru dari sistem lama ekonomi kapitalis.
Entah anda memilih yang mana, karena jika saya menjustifikasi yang benar ini malah nanti tidak ada rame. Tetapi menurut pendapat saya dengan konteks Indonesia saat ini, saya memilih ekonomi islam masih menjadi (anti tesis) karena masih kecil lingkupnya. Ditambah belum lengkap rasanya jika “ekonomi islam, bisnis ya bisnis, jangan dikaitkan dengan agama walaupun menggunakan nama agama”. Heemmm kelau begini belum ada kesinambungan antara hati dan ekonomi islam. Padahal kan harus integral. Semua boleh memilih tetapi yang pasti lewat uraian diatas dengan menggunakan alat analisis dialektika Hegel semoga menambah wawasan dan harapan agar ekonomi islam mejadi sintesis berikunya. Begitu.

Penulis adalah mahasiswa syariah semester 5, Staf KIO (Kontrol Internal Organisasi) Departemen 4 Kaderisasi FoSEI FEB UMS

Sumber referensi
1Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Hingga Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2Haqiqi Suluh, “Dialektika Hegel (Thesis, AntiThesis, Sintesis): Ritme Tiga Hentakan Proses Sosial Yang Cukup Melenakan”, http.haqiqie.wordpress.com (diakses tanggal 1 November 2014)

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Jalan Jenderal Ahmad Yani, Surakarta 57162, Indonesia
Kampus 2 UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB-UMS)

Followers

Stats

Didukung Oleh

Didukung Oleh

Link Blog

BTemplates.com

Popular Posts