Suscríbete

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 02 Juli 2018

Ramadhan Ekonomi Membawa Kunci Sukses Akhirat


Ramadhan Ekonomi Membawa Kunci Sukses Akhirat

Oleh :
 Fahreza Nico Saputro
Sekretaris Departemen Riset FoSEI FEB UMS 2018

Marhaban Yaa Ramadhan, datangnya bulan ramadhan tentu menjadi bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat islam. Bulan ramadhan tidak hanya menjadi bulan yang penuh berkah, melainkan berpengaruh pada segi ekonomi. Masa ke masa, ada begitu banyak bisnis yang berkembang dan mayoritas laku keras mulai dari fashion, food, furniture, dan masih banyak lagi macam bisnis saat bulan ramadhan. Peluang usaha pada bulan ramadhan yang penuh akan rahmat ini bukan hanya untuk bisnis musiman tetapi juga sebagai bisnis berkelanjutan. Moment ini juga dapat digunakan sebagai ajang big promo sehingga ketika bulan ramadhan selesai, sebuah produk akan tetap menjadi incaran bagi konsumen.
Berdagang, aktifitas ini tak mungkin terlewatkan kebanyakan orang untuk mendapatkan profit yang menggiurkan saat ramadhan. Berbagai jenis macam kuliner mulai dari buah-buahan, snak, lauk pauk, dessert, dan menu kuliner khas lain saat ramadhan yang menjadi buruan oleh konsumen. Tak hanya jenis food yang menjadi buruan, tetapi juga fashion. Berbagai macam mode fashion terbaru dengan kualias dan harga spesial saat ramadhan, membuat konsumen tak tahan menahan keinginannya untuk membelinya. Mulai dari baju anak-anak, dewasa sampai orang orang tua, dari kualitas lokal sampai import semua ada saat bulan ramadhan.
Nampaknya food dan fashion menjadi pilar utama kebutuhan seseorang. Dua hal itu yang membuat perekonomian seorang pedagang saat ramadhan melejit tinggi. Bulan ramadhan menjadi peluang bagi penjual untuk meningkatkan harga dan tak tanggug-tanggung dalam mendapatkan profit besar. Nampaknya itu bukan menjadi persoalan bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Moment ini dapat menjadi sebagai ladang amal jariyah seseorang ketika mendapatkan rizki melimpah yang diberikan oleh Allah SWT, tak lupa untuk menginfaqkan sebagian harta mereka dijalan Allah. Firman Allah dalam Q.S Al Hadid : 18

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوْا اللهَ قَرْضًاحَسَنًايُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيْمٌ.
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan menjaminkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak”. (Q.S Al Hadid : 18)
            Dengan menyisihkan sebagian harta seseorang dijalan Allah, harta itu tidak akan hilang dan tidak menjadikan mereka miskin. Justru Allah akan melipatgandakan harta dan memberikan keberkahan kepada harta mereka. Karena 1/3 harta yang dimiliki seseorang adalah bukan miliknya. Dengan beramal Allah akan menyempurnakan dan membersihkan harta seseorang, serta sebagai syafaat di yaumul qiyamah kelak.

Selasa, 26 Juni 2018

Ramadhan dalam Bingkai Ekonomi


Ramadhan dalam Bingkai Ekonomi 

Oleh:
Annisa Rahma D.
Staff Departemen Riset FoSEI FEB UMS 2018

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh kenikmatan dan keberkahan di dalamnya. Bahkan Allah telah menjanjikan kenikmatan dan pahala yang luar biasa bagi seluruh umatnya yang bersungguh-sungguh mengisi moment ramadhan dengan kebajikan. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam mengisi kebaikan di bulan penuh rahmat ini adalah di bidang ekonomi.
Mengapa ekonomi? Sebab, ekonomi adalah salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan kita sebagai manusia. Pada bulan Ramadhan, fakta menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari aktivitas ekonomi. Bahkan aktivitas dan kegiatan ekonomi masyarakat pada bulan Ramadhan cenderung meningkat semakin tinggi. Roda ekonomi benar-benar hidup di bulan suci ini. Akan menjadi sia-sia jika kita sebagai umat Muslim tidak mampu memanfaatkan aktivitas ekonomi yang kita lakukan sebagai ladang pahala.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan ramadhan di bidang ekonomi? Langkah kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan menyisihkan uang kita untuk mengisi kotak amal yang kita temui. Membayar zakat, selalu berperilaku sedekah dimanapun kita berada serta meninggalkan praktek riba. Praktek riba merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan masyarakat kita, padahal hal itu bertentangan dengan ajaran Islam. Salah satu praktek riba yang biasa kita temui di bulan Ramadhan ini adalah kebiasaan masyarakat kita yang menukarkan uangnya dengan uang pecahan yang biasanya ditawarkan di pinggir-pinggir jalan. Pertanyaan kemudian muncul, “mengapa praktek menukarkan uang pecahan dipinggir jalan termasuk riba?” Misalnya, uang seratus ribu ditukar dengan pecahan lima ribuan dengan selisih sepuluh ribu atau ada tambahanya, nah inilah termasuk transaksi riba. Karena berarti tidak sama, meskipun dilakukan secara tunai. Bagaimanapun juga riba sangatlah menyengsarakan dan terlarang di ajaran agama. Praktek penukaran uang dengan cara seperti ini seharusnya dihindari agar kita terhindar dari riba dan mendapat dosa besar.
Dengan begitu, disinilah hakikat bulan ramadhan menjadi momentum lahirnya semangat dan kesadaran umat Islam untuk melakukan aktivitas ekonomi sesuai ajaran agamanya. Dengan demikian, implikasi puasa tidak hanya berdimensi ibadah spritual saja, tetapi juga mengajarkan akhlak horizontal yaitu muamalah khususnya dalam bidang bisnis. Implementasi aktivitas ekonomi Islam ini diharapkan mampu memperkuat sendi-sendi perekonomian bangsa sehingga, kita tidak hanya mendapat pahala yang besar dengan menjalankan syariat agama tapi juga turut membangun perekonomian bangsa.
                                                                                   

Sabtu, 09 Juni 2018

Fenomena Terjadinya Inflasi di Bulan Ramadhan


Fenomena Terjadinya Inflasi di Bulan Ramadhan

Oleh:
Gita Puspita S.
Staf Departemen Keilmuan Ekonomi Islam FoSEI FEB UMS 2018

     Bulan Ramadhan menjadi suatu fenomena tersendiri dalam perekonomian Indonesia. Ketika sebagian besar masyarakat muslim berpuasa dengan konsekuensi konsumsi makanan berkurang, namun pada kenyataanya permintaan akan bahan pangan terus melonjak.
       Tentu dengan adanya permintaan yang berlebih akan kebutuhan pangan menyebabkan beberapa harga bahan pangan dipasaran mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tiap tahunnya saat menjelang ramadhan, seperti: daging sapi, bawang, dan cabai.
Kondisi kenaikan harga yang demikian disebut dengan inflasi. lalu faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya inflasi dalam perekonomian Indonesia pada setiap tahunnya ini?

Pertama, meningkatkannya perilaku konsumtif masyarakat selama bulan ramadhan. Tidak hanya permintaan akan bahan pangan saja yang mengalami peningkatan, namun kebutuhan sandang sebagai pelengkap perayaan hari raya pun ikut melonjak. Momentum lebaran sejatinya dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk berkumpul dengan keluarga. Oleh karena itu “image” baju baru masih melekat saat perayaan hari raya idhul fitri.
Pada saat akhir ramadhan, banyak perusahaan yang memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya. Oleh karena itu yang terjadi adalah uang yang beredar dimasyarakat lebih besar. Hal inilah yang memicu adanya perilaku konsumtif masyarakat yang “berlebihan” di Indonesia pada tiap tahunnya.

Kedua, masalah pada rantai pasok di pasaran. Dalam hal permintaan akan kebutuhan bahan pangan yang meningkat, tentunya diperlukan para pemasok yang lebih banyak pula. Namun pada kenyataannya jumlah pemasok bahan pangan lebih rendah dari permintaan para konsumen. Hal inilah yang menyebabkan kelangkaan bahan baku dipasaran sehingga para pedagang pun mematok harga yang cukup tinggi terhadap bahan pangan yang dianggap langka tersebut.

       Lalu bagaimana cara meredam inflasi dalam perekonomian Indonesia dibulan Ramadhan? Dalam hal ini diperlukan peran oleh berbagai pihak, seperti: pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam mengurangi inflasi yaitu dengan menetapkan batas harga standar. Hal ini diharapkan dapat mengurangi adanya pedangan nakal yang mematok harga diatas jumlah yang telah ditetapkan.
Selain itu, peran dari masyarakat sendiri juga penting. Masyarakat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan yang “mendesak” terlebih dahulu dibandingkan dengan keinginan yang tiada habisnya.

   Datangnya Bulan ramadhan ini hendaknya kita manfaatkan untuk berlomba-lomba dalam meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Disini penulis juga menyarankan agar kita lebih selektif memilih kebutuhan mana yang akan kita penuhi terlebih dahulu. Alangkah baiknya uang yang berlebih tersebut kita sisihkan untuk bersedekah dan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain agar kehidupan menjadi lebih berkah dengan membantu sesama.



Jumat, 08 Juni 2018

Ramadhan Bulan Ekonomi Islam


Ramadhan Bulan Ekonomi Islam

Oleh:
Muhammad Abdur Rokhim
Staf Departemen Riset FoSEI FEB UMS

Bulan ramadhan,bulan yang selalu dinanti oleh semua umat muslim. Bulan yang seharusnya kita mampu mengupgrade pahala kita,men delete dosa kita dengan banyak ibadah di bulan ini. Namun, banyak dari kita yang bermalas malasan bekerja atau berkegiatan dengan alasan puasa.yang hanya besantai dengan ngabuburit,berleha menanti kumandang adzan maghrib
            Ramadhan seharusnya bisa menjadi bulan produktif kita,tak hanya ukhrawinya tapi aspek dunia nya juga banyak yang meningkat. Kita diajari untuk hidup toleran,hemat,dan juga produktif juga banyak peningkatan di geliat ekonomi. Di bulan ini identik dengan perubahan. Orang yang dulu nya jarang ke masjid jadi seriNg,yang dulu malas baca al quran nya sekarang bisa giat baca alquran nya (bahkan target nya bisa khatam alquran dalam satu bulan nya). Dalam ekonomi juga mulai ada perubahan, yang awalnya biasa saja tapi saat bulan ramadhan mulai menjunjung nilai nilai ekonomi syariah.
            Ekonomi di bulan ramadhan juga meningkat drastis,walau rata rata harga semua bahan bisa naik jauh lebih tinggi dari bulan biasanya,fakta menunjukkan banyak para pelaku bisnis ekonomi mendapatkan penghasilan yang besar saat bulan suci ramadhan tiba. Dan bisa menjadi ladang belajar berbisnis bagi pemula. Contohnya,kita bisa berjualan ta’jil di setiap sore karena banyak masyarakat yang setiap puasa mesti mencari ta’jil. Terlihat jelas di bulan ramadhan perekonomian kita sangatlah hidup. Tak hanya masyarakat muslim yang meraskan,yang non muslim pun juga mengalami peningkatan di bidang ekonomi. Begitu juga di kota dan di desa perekonomian bisa bergeliat dimanapun.
            Dinamika lain jugs mempengaruhi naiknya perekonomian kita,lihat saja banyak sekali pasar murah,pasar tumpah,pasar kaget atau istilah lain nya. Menjual berbagai makanan baju atau perdiapan menjelang lebaran. Aktivitas ini seharusnya sangatlah menguntungkan bagi para pegiat UMKM serta pelaku bisnis mikro lain nya. Bagi para pelaku bisnis makro juga berdampak besar. Bisa dilihat,muslim yang menengah keatas juga ramai mengunjungi mall dan pusat perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan selama ramadhan. Demikian hal nya di bidang transportasi. Mudik yang sudah menjadi agenda tahunan dan tiap tahun nya mengalami kenaikan permintaan. Semua armada tranportasi sangat di butuhkan saat mudik tiba,dan ini mampu mendongkrak pendapatan yang besar bagi para pebisnis transportasi. Bulan ramadhan memang membawa berkah bagi semua
            Seharusnya di bulan ini adalah bulan nya ekonomi islam. Mengapa? Umat muslim yang melaksanakan puasa dengan nilai nilai yang baik terkandung di dalam nya tak akan mungkin berlaku curang saat ber muamalah. Dan juda manusai bisa berpikir secara jernih dan benar di buan ini. Ramadhan juga menjadi bulan di mana manusia semangat menjalankan perintah tuhan nya. Dan yang terakhir di bulan ini manusia mengedepankan keuntungan spiritual daaripada keuntungan ekonomi,yang memang timbul dari ketulusan nya. Fenomena bersedekah akan banyak terlihat infa serta zakat juga meningkat, contohnya memnagikan makanan atau ta’jil untuk berbuka dan juga makanan untuk sahur. Implementasi ekonomi islam di  bulan ramadhan ini di harapkan mampu memperkuat pondasi pondasi ekonomi islam di dunia ini. Dan di harapkan kehidupan ekonomi islam tak hanya di bulan ramadhan saja,tetapi juga bisa menjadi perekonomian yang kita terapkan setiap harinya.
                                                          

Berkah Berekonomi Islam di Bulan Ramadhan




Berkah Berekonomi Islam di Bulan Ramadhan

Oleh:
Indah Kurniasari
Sekretaris Umum FoSEI FEB UMS 2018


Karunia menarik di tengah Ramadhan, fakta menunjukkan, para pelaku ekonomi meraih pendapatan besar atas kehadiran bulan suci Ramadhan. Tak sedikit di antara umat manusia yang berpuasa ataupun tidak, dari barisan Muslim ataupun umat lainnya merasakan manfaat besar dari kehadiran Ramadhan yang terdistribusi secara menyeluruh, mulai dari wilayah perkotaan hingga pedesaan.Tak dapat disangkal, roda ekonomi benar-benar tampak hidup selama bulan suci ini. Karena itu, tidaklah berlebihan jika sebagian umat manusia mengharapkan sepanjang tahun menjadi Ramadhan, meski hal ini tidaklah mungkin. Keinginan ini sebagai implikasi positif atas tingkat pendapatan yang menaik tajam dan hal ini berbeda bila diperbandingkan bulan-bulan lainnya.
Apa hubungannya dengan ekonomi Islam? Menurut Ali Sakti pegiat ekonomi Islam BI (Bank Indonesia) menuturkan Ramadhan adalah bulan ekonomi Islam. Pertama, Ramadhan adalah bulan di mana manusia bisa jernih berfikir dan bertindak sehingga dakwah-dakwah tentang manusia yang bersahaja dalam bingkai ekonomi Islam sangat dekat dengan perilaku manusia-manusia Ramadhan. Kedua, Ramadhan menjadi bulan di mana manusia bersemangat menjalankan perintah-perintah Tuhan tanpa banyak bertanya alasan di baliknya. Ketiga, pada Ramadhan manusia tidak atau mungkin kurang mengedepankan hitungan-hitungan cost-benefit material. Pada bulan ini manusia mengedepankan hitungan cost-benefit spiritual, sebagai kompensasi dari kerakusan pada bulan di luar Ramadhan atau memang sebuah kesadaran yang tulus. Kita perhatikan, perilaku sedekah, infak dan zakat meningkat cukup dramatis di bulan ini.
Di sinilah, bulan Ramadhan menjadi momentum lahirnya semangat dan kesadaran umat Islam untuk melakukan aktivitas ekonomi sesuai ajaran agamanya: menanggalkan riba (bunga), menjauhi gharar, maysir, tadlis, ihtikar dan lain sebagainya.



Sebab, implikasi puasa tidak saja berdimensi ibadah spiritual, tetapi juga mengajarkan akhlak horizontal (mu’amalah), khususnya dalam bidang bisnis. Sungguh aneh apabila ada orang berpuasa dengan khusyuk, tetapi melanggar ajaran-ajaran Allah dalam mu’amalah, seperti masih mempraktekkan riba yang diharamkan atau melakukan penipuan harga yang tidak pantas.
 Bulan Ramadhan merupakan moment yang paling strategis bagi umat Islam untuk memperbaiki juga sebagai bahan introspeksi diri setelah melihat berbagai kekurangan-kekurangan yang telah dialami di masa lalu. Selama ini kerap timbul kesan bagi sebagian umat Islam bahwa bulan Ramadhan adalah bulan istirahat dan bulan berleha-leha menunggu kumandang adzan Maghrib.
Pemahaman seperti ini timbul dari salah baca terhadap makna Ramadhan yang sebenarnya. Secara etimologi, Ramadhan berasal dari akar kata “ramadl” yang berarti “membakar”. Artinya, Ramadhan adalah momentum umat Islam untuk membakar dosa lebih intensif dibandingkan bulan lain, sehingga usaha dan semangat beribadah pun mesti lebih masif dilakukan. Konon, para sahabat mempersiapkan penyambutan Ramadhan selama enam bulan. Enam bulan setelahnya, mereka khusyuk meminta kepada Allah SWT agar ibadah shaum-nya diterima.
Beberapa amalan muamalah diantara manusia yg memiliki keutamaan yg besar itu adalah :
1. Orang yang paling memberikan manfaat (dalam hal kebaikan) bagi orang lain
عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: “Jabir radhiyallau ‘anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” [Hadits dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ (no. 3289).]




2. Menggembirakan hati seorang Muslim
3. Menghilangkan kelaparannya
4. Memenuhi kebutuhan sesama Muslim yg mengalami kesulitan hidup
عَنِ  ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ ؟ وَأَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ ، وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٍ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ، أَوْ  تَقْضِي عَنْهُ دِينًا ، أَوْ تُطْرَدُ عَنْهُ جُوعًا ، وَلِأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ ، يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ ، شَهْرًا
Dari Ibnu Umar RA bahwasanya ada seorang sahabat mendatangi Rasulullah Shalalloohu ‘alaihi wa sallam dan bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah Subhaanahu wa Ta’aala? 
 Dan apakah amalan yang paling dicintai Allah Subhaanahu wa Ta’aala?”
Beliau Shalalloohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
“Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling memberi manfaat kepada sesama manusia.
Adapun amalan yang paling dicintai Allah Subhaanahu wa Ta’aala adalah :
engkau menggembirakan hati seorang muslim,
atau engkau menghilangkan sebuah kesulitan hidupnya,
atau engkau melunaskan hutangnya,
atau engkau hilangkan kelaparannya. 



Sungguh aku berjalan untuk memenuhi kebutuhan seorang saudara muslim lebih aku senangi daripada aku beri’tikaf di masjid Madinah ini (masjid Nabawi) selama satu bulan penuh.” 
(HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dalam Qadha-u Hawaij no. 36, Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath no. 6204, Al-Mu’jam Ash-Shaghir no. 862, dan Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13472. Dinyatakan hasan li-ghairih dalam tahqiq Al-Mu’jam Al-Kabir dan Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 2623. Dinyatakan shahih li-ghairih oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 906).
5.Menyambungkan atau memperbaiki Hubungan silaturahim di antara Saudara dan Keluarga
6. Tidak Dengki atau Hasad kepada orang lain
Beberapa keutamaan dan keberkahan berekonomi di Bulan Suci Ramadhan merupakan ladang dakwah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melatih jiwa - jiwa untuk selalu bersyukur dan bersedekah, didalam muamalah kita harus bersikap jujur, adil,dan hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi saudara saudara sekalian.




Spirit Ramadhan Dalam Arus Ekonomi Islam



Spirit Ramadhan Dalam Arus Ekonomi Islam

Oleh:
Mahanara Puja Kusuma
Staf Departemen Riset FoSEI FEB UMS 2018

           Bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat di tunggu tunggu oleh umat islam dan bulan yang sangat baik untuk instropeksi diri masing masing dari kita.Tapi selama ini saya menilai banyak orang yang salah paham dengan bulan ini,karena masih banyak orang yang menjadikan bulan ini hanya untuk berleha leha tiduran hanya untuk menunggu adzan maghrib.Kebiasaan ini harus di hilang kan karena ramadhan adalah bulan penuh berkah jadi kita harus berlomba dalam kebaikan.
     Bulan ramadhan sendiri adalah bulan suci yang penuh makna,penuh pahala,sarat nilai dan penuh hikmah.Berpuasa juga mengajarkan kita untuk hidup toleran dan hidup sederhana dan bahkan produktif.Sebenarnya Ramadhan juga dapat membangkitkan ekonomi.
     Berbicara ekonomi di tengah tengah bulan ramadhan,fakta menunjukan para pelaku ekonomi mendapatkan hasil yang besar dengan adanya bulan ini.Bahkan yang merasakan keuntungan bulan ramadhan tidak hanya umat islam bahkan umat di luar islam pun mereka merasakan keuntungan nya.
     Tak dapat di sangkal lagi roda ekoomi benar benar hidup di dalam bulan yang penuh berkah ini.Karena itu kita tidak lah berlebihan jika mengharapkan bulan ini ada sepanjang tahun untuk meninkatkan ekonomi,walaupun hal itu tak mungkin.Keinginan ini sebagai dari hal positif dari naiknya pendapatan dari pada bulan bulan lainnya.
      Dan di bulan inilah menjadi momentum untuk menjalankan ekonomi sesuai syariat islam yaitu  menjauhi riba,menjauhi gharar,maysir,tadlis,ihtikar dan lain sebagainya.Karena puasa itu tidak semata mata dalam konteks spiritual tapi juga da dalam konteks ber muamalah.Sungguh aneh bila ada orang berpuasa dengan khusyuk,tapi dia melanggar ajaran ajaran Allah dalam mu’amalah.Seperti mempraktekkan riba dan memanipulasi harga yang tidak pantas.
     Implementasi dalam ekonomi Islam di harapkan dapat memerkuat sendi sendi ekonomi umat yang puncaknya akan melahirkan social distributive justice(keadilan distribusi sosial ).Agar harta tidak berputar hanya pada segelintir orang dengan mengoptimalkan konsep zakat,infaq,sadaqah dan wakaf.
      Pesan implisit Ramadhan patut dijadikan masukan dalam membangun perekonomian umat dan bangsa ke depan. Pembangunan harus dimulai dengan membangun nilai nilai ekonomi Islam dalam kehidupan. Pemberdayaan sumber daya rakyat berdasarkan nilai-nilai Qurani harus diprioritaskan.
     Gagasan negara sejahtera dapat terwujud, apabila pembangunan fisik dan spiritual (ketaqwaan) harus berjalan seimbang. Inilah model pembangunan ekonomi yang ideal. Selain faktor-faktor produksi, tingkat ketaqwaan juga merupakan “driving force” pembangunan ekonomi umat. Menurut Ramzan Akhtar (1993) dalam artikelnya “Modelling the economic growth of an Islamic economy” yang dipublikasikan di “The American Journal of Islamic Social Science (AJISS)” menyebutkan bahwa tanpa adanya rahmat Ilahi, maka pembangunan ekonomi sangatlah mustahil terjadi. Negara yang dihuni warga muttaqin pasti akan mendatangkan rahmat Ilahi sehingga terwujudlah negara sejahtera. Wallahualam.
     
   

     





Sikap Seorang Muslim dalam Menanggapi Kegiatan Ekonomi di Bulan Ramadhan



Sikap Seorang Muslim dalam Menanggapi Kegiatan Ekonomi
di Bulan Ramadhan

Oleh:
Ismi Nur Hidayah
Ketua Departemen Riset FoSEI FEB UMS 2018


Marhaban ya Ramadhan, Selamat datang bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinantikan kehadirannya bagi seluruh umat muslim di dunia. Banyak orang muslim menyambut bulan suci Ramadhan dengan berbagai persiapan seperti persiapan secara lahir dan batin agar bisa memaksimalkan ibadah di bulan berkah ini. Kedatangan bulan Ramadhan sendiri menjadi hal yang penuh kejutan dengan berbagai sikap setiap orang dalam menyambut bulan suci ini.
Bagi kebanyakan orang yang kurang paham mengenai hikmah Ramadhan, bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan yang banyak pengeluaran dimana harga kebutuhan hidup semakin naik dan kebutuhan untuk hari raya semakin banyak. Jika dilihat secara nyata memang benar harga kebutuhan hidup semakin meningkat harganya dan nanti  berlanjut pada saat hari raya Idul Fitri. Namun, sesuai kah sikap kebanyakan orang yang menganggap bulan Ramadhan sebagai bulan yang banyak pengeluaran? Bagaimana sikap seorang muslim dalam menanggapi kegiatan ekonomi di bulan Ramadhan?
Sikap seorang muslim dalam menanggapi bulan Ramadhan tentunya dengan senang hati tanpa merasa terbebani oleh apapun yang berkaitan dengan datangnya bulan suci ini. Berikut sikap seorang muslim dalam menanggapi kegiatan ekonomi di bulan Ramadhan.
1.    Bersyukur
Bersyukur adalah perbuatan yang bertujuan untuk berterima kasih atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan. Bersyukur sejatinya harus menjadi sikap seorang musim pada kondisi apapun, termasuk dalam bulan Ramadhan ini.
Kita sebagai seorang muslim tentunya harus bersyukur karena dapat melaksanakan ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan ini. Alhamdulillah.
Sebagaimana Allah SWT berfirman, yang artinya:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah Kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (Q.S. Al-Baqarah ayat 125)
Bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan pada kita termasuk kecukupan dalam segi ekonomi. Oleh karena itu, kita harus mengalokasikan sumber dana kita dalam melakukan kegiatan ekonomi dengan secukupnya tanpa berlebihan.
2.    Mempersiapkan Dana ZIS
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan dilipat gandakan pahala atas amalan sholeh. Amalan sholeh yang dapat dilakukan yakni salah satunya dengan ZIS atau Zakat, Infaq dan Shodaqoh. Di bulan Ramadhan terdapat zakat fitrah yang wajib dibayarkan oleh seluruh umat islam yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Hal ini dapat dilakukan untuk membantu orang-orang yang kekurangan dalam segi ekonomi dan sangat membutuhkan. Dana untuk ZIS tidak dilihat dari segi kuantitasnya namun dilihat dari segi kualitasnya. Tetapi, alangkah baiknya diperhatikan pada keduanya yakni segi kuantitas dan kualitasnya.
Mungkin banyak orang yang kurang memperhatikan dalam persiapan dana ZIS ini, padahal dana ZIS yang paling utama karena berhubungan dengan orang yang kurang mampu yang sangat membutuhkan bantuan dari orang yang mampu.
3.    Belanja secukupnya
Mungkin untuk sebagian orang, waktu di bulan Ramadhan digunakan untuk berbelanja banyak kebutuhan selama bulan Ramadhan ataupun untuk hari raya Idul Fitri. Padahahal hal itu kurang sesuai dengan hikmah bulan Ramadhan yakni menjaga hawa nafsu. Hawa nafsu untuk belanja kebutuhan perlu dijaga dengan benar, karena hawa nafsu untuk berbelanja banyak itu sangat tidak baik yang mana nanti akan menyebabkan pengeluaran membengkak. Berbelanja secukupnya saja, karena menjalani bulan Ramadhan dengan keikhlasan dan mengharap ridha Allah SWT, bukan untuk ajang pamer kekayaan.
Terlebih lagi, jika akan mendekati hari raya Idul Fitri, mulai dari toko baju, mall hingga pasar tradisional semakin ramai orang untuk berbelanja padahal sikap seperti itu kurang sesuai. Jadi, belanja secukupnya saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bukan untuk memenuhi hawa nafsu yang tidak baik.

Sikap diatas hanya sebagian kecil dalam menanggapi kegiatan ekonomi di bulan Ramadhan. Jadi, anggapan bulan Ramadhan adalah bulan yang banyak pengeluaran merupakan anggapan bagi orang yang hanya ingin memenuhi hawa nafsunya saja. Bagi orang muslim, anggapan bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah untuk membahagiakan orang lain dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Semoga kita selaku orang muslim semua dapat menerapkan sikap diatas dengan sebaik mungkin. Bulan Ramadhan ini sangat saying untuk disia-siakan oleh karena itu, kita bisa melaksanakan amalan sholeh serta mendapat karunia dari bulan Ramadhan ini. Amiin ya Rabbal ‘Alamiin.





Mengatur Keuangan Selama Bulan Ramadhan


Mengatur Keuangan Selama Bulan Ramadhan

Oleh:
Tania Jayanti
Staf Departemen Keislaman FoSEI FEB UMS 2018

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan di dalamnya. Bulan yang sangat dinantikan oleh semua umat muslim, tak terkecuali umat non muslim pun turut meramaikan bulan Ramadhan ini.
Di bulan penuh keberkahan ini silaturahim terjalin cukup kuat. Contohnya dapat kita lihat pada saat menjelang buka puasa, hampir disetiap masjid mengadakan kajian menjelang berbuka yang kemudian dilanjutkan dengan membagikan makanan untuk berbuka bagi masyarakat yang datang.
Tak hanya saat berbuka, silaturahim pun terjalin pada saat akan sahur, dimana di setiap daerah memiliki budaya dan tradisi yang berbeda dalam membangunkan sahur, ada yang membangunkan sahur dengan arak-arakan dan lain sebagainnya.
Selain silaturahim yang terjalin cukup kuat, dalam kehidupan berekonomi pun mengalami peningkatan dalam bisnis penjualan di segala bidang, mulai dari kuliner, fashion, dan lain sebagainya.
Dengan begitu banyaknya keuntungan yang didapatkan para penjual atau pedagang selama bulan ramadhan, lantas, bagaimana keadaan suatu keluarga atau rumah tangga selama bulan ramadhan? Apakah dalam bulan ramadhan tidak terjadi pengeluaran?
Justru dalam bulan ramadhan inilah sebuah keluarga atau rumah tangga mengalami banyak pengeluaran untuk berbagai hal. Sehingga sangat diperlukan suatu pengelolaan keuangan yang baik selama bulan ramadhan ini.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengelola keuangan selama bulan ramadhan yaitu pertama, konsisten dengan anggaran belanja seperti bulan – bulan sebelumnya. Kedua, berprinsip untuk “membeli apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan”. Hal ini akan dapat mengontrol pengeluaran dengan baik.
Ketiga, tetap menabung, sehingga ketika terjadi sesuatu diluar ekspektasi kita dapat menyiasatinya. Keempat, lakukan pengelolaan uang tersendiri untuk Zakat, hal ini dilakukan agar Zakat dapat langsung disalurkan kepada badan amal zakat atau masjid dan agar menghindari kemungkinan terpakainya uang tersebut.
Kelima, membuat anggaran untuk mudik, pakaian lebaran serta tunjangan hari raya (THR). Meskipun sudah membuat anggaran dengan baik, tetapi hal – hal ini yang paling banyak mengeluarkan biaya pada saat menjelang ramadhan. Maka dari itu, perlu dibuat anggaran tersendiri lagi.
Diatas adalah beberapa cara dalam mengatur keuangan selama bulan ramadhan. Semoga dalam bulan ramadhan ini dapat melatih kita bukan hanya untuk menahan haus dan lapar tetapi juga melatih kita dalam mengatur keuangan.

Untung Melimpah di Bulan yang Penuh Berkah


Untung Melimpah di Bulan yang Penuh Berkah

Oleh:
Nanang Eko Saputro
Bendahara Umum FoSEI FEB UMS 2018

            Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah dan juga bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang, terutama umat muslim. Banyak yang memanfaatkan momen bulan Ramadan ini untuk berbagai keperluan hajat mereka. Ada yang memanfaatkan bulan ini untuk memaksimalkan waktu beribadah mereka agar mereka lebih dekat dengan Allah SWT, ada yang memanfaatkannya untuk berkumpul dengan keluarga, dan ada juga yang memanfaatkannya untuk meningkatkan pendapatan mereka atau sering kita sebut sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
            Kehadiran Puasa Ramadhan ini juga mendorong banyak orang untuk berperilaku konsumtif dibandingkan bulan-bulan lain. Sebagai contoh biasanya orang dibulan lain hanya minum dengan air putih ataupun teh panas atau dingin saja, tetapi dengan kehadiran bulan Ramadan ini mereka juga menambahinya dengan es buah ataupun sirup. Perilaku Konsumtif orang-orang dibulan Ramadhan inilah yang bisa kita jadikan peluang untuk berbisnis.
            Berbicara tentang bisnis, ada banyak usaha yang bisa kita jalankan dibulan Ramadan ini, mulai dari modal kecil ataupun besar semuanya bisa dicoba dibulan ini., antara lain
1.      Makanan dan Minuman
Salah satu hal yang paling dicari pada saat bulan Ramadhan, terutama pada saat berbuka puasa adalah makanan dan minuman. Hal ini bisa kita jadikan peluang usaha seperti membuka outlet makanan ataupun minuman dipinggir-pinggir jalan ditambah lagi dengan modal yang kecil saja kita sudah bisa menjalankan bisnis yang menguntungkan ini.
2.      Pakaian
Bulan Ramadhan selain identik dengan puasa pasti juga tidak lepas dari yang namanya lebaran. Ketika membahas lebaran pasti juga membahas tentang pakaian baru. Dari hal inilah kita bisa memanfaatkannya untuk membuka usaha di bisnis pakaian.
3.      Rental Mobil
Selain Pakaian baru pada saat lebaran, pasti juga tak luput dengan yang namanya mudik kekampung halaman. Ketika mudik dengan keluarga kalau hanya pakai sepeda motor saya kira kurang nyaman, dikarenakan suasana mudik pasti identik dengan macet dan panas apalagi kalau perjalanan jauh, pasti tidak nyaman. Dari hal ini, kita bisa memanfaatkannya untuk membuka usaha dirental mobil.
            Bulan Ramadhan selain bulan yang penuh berkah juga bulan yang menguntungkan bagi orang-orang yang mau bergerak dan berfikir maju. Jadi tunggu apalagi, mari kita manfaatkan bulan ini dengan sebaik mungkin dan juga bagi umat islam jangan sampai kesibukan berbisnismu, melupakan kalian untuk beribadah.

Meningkatnya Kebutuhan Di Bulan Ramadhan


Meningkatnya Kebutuhan Di Bulan Ramadhan

Oleh:
Dwi Agustina
Staf Departemen Keilmuan Ekonomi Islam FoSEI FEB UMS 2018


            Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat di nanti oleh umat manusia, khususnya umat muslim. Bagi umat muslim bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia, bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan. Di bulan ramadhan ini kita sebagai umat muslim di wajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Disini kita di tuntut untuk menahan lapar dan minum dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari dalam jangka waktu satu bulan lamanya.
            Di bulan yang penuh berkah ini banyak orang yang berbondong-bondong meningkatkan ibadah dan mencari banyak pahala. Pada hal ini pula banyak orang yang kebutuhannya meningkat untuk urusan pribadi maupun sosial. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat berupa perilaku konsumtif berupa makanan maupun barang pribadi. Tak sedikit orang yang meningkat kebutuhannya hanya untuk bersedekah di bulan yang suci ini. Seperti yang kita tau pada bulan Ramadhan banyak harga bahan pokok yang meningkat. Hal ini juga sangat berpegaruh terhadap meningkatnya kebutuhan hingga 180 derajad. Akan tetapi banyak orang tidak menghiraukan hal tersebut, karena hal semacam ini hanya terjadi 1 kali dalam satu tahun dan sudah menjadi tradisi yang mungkin wajib bagi beberapa orang. Di bulan yang penuh berkah ini tak sedikit pula orang yang mendapat rezeki berlipat ganda. Misalnya para pengusaha di bidang fasion dan kue lebaran. Disini mereka banyak mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari yang sehari hanya dapat menjual barang dagangannya 20-50% per hari, pada bulan ramadhan mereka dapat menjual dagangannya hingga 100% perhari.
            Disini kita dapat mengetahui peningkatan kebutuhan yang terjadi di bulan Ramadhan ini merupakan suatu tradisi yang banyak di lakukan oleh masyarakat indonesia. Mereka ingin memberikan suatu hal yang terbaik di bulan suci Ramadhan ini. Akan tetapi di bulan Ramadhan ini kita juga tidak boleh terlalu berlebihan dalam memakai atau membeli sesuatu. Seperti yag kita ketahui bahwa islam mengajarkan kita tentang kesederhanaan dan Allah SWT tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. Jika bisa menjalankan ibadah di bulan yang suci ini dengan kesederhanaan sudah mendatangkan kebahagiaan dan ridho dari Allah SWT kenapa harus menjalankan sesuatu secara berlebihan.   
             


Rabu, 06 Juni 2018

Ekonomi Islam Jaman Modern: Menentang atau Menjawab Tantangan??


Ekonomi Islam Jaman Modern: Menentang atau Menjawab Tantangan?

Oleh:
Ismi Nur Hidayah
Ketua Departemen Riset FoSEI FEB UMS 2018


Pada jaman modern saat ini yang semakin maju, sudah banyak perkembangan teknologi dan informasi. Seiring canggihnya teknologi dan informasi dapat mendorong meningkatnya kualitas hidup seseorang. Pekerjaan semakin ringan dan lebih cepat selesai merupakan kelebihan teknologi yang canggih pada era modern. Namun, tidak segala kecanggihan teknologi dapat menghasilkan dampak positif, dampak negatif juga dapat terjadi apabila tidak bisa menggunakan teknologi dengan benar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ekonomi islam adalah ekonomi yang sesuai dan berdasarkan ajaran agama Islam yakni sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.  Dalam ekonomi islam terdapat nilai-nilai islam yang seharusnya diterapkan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ekonomi Islam di Indonesia sendiri sudah ada sejak masuknya agama Islam ke Indonesia melalui perdagangan dari para saudagar Arab, India, ataupun Persia. Saat ini ekonomi islam pada jaman modern mulai berkembang sejak berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992. Berbagai Undang-Undangnya yang mendukung tentang sistem ekonomi tersebutpun mulai dibuat, seperti UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Ekonomi islam di jaman modern memiliki perkembangan yang pesat, hal ini terlihat pada sektor perbankan syariah. Perbankan syariah semakin banyak jumlahnya yang telah tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Akan tetapi, ada istilah ekonomi islam menentang jaman modern dan istilah ekonomi islam menjawab tantangan jaman modern. Manakah yang tepat?
Ekonomi islam terus melakukan perubahan dan penyesuaian mengikuti jaman modern dengan tetap berpegang teguh prinsip agama islam, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya ekonomi islam tidak menentang jaman modern. Ekonomi islam turut ikut serta dalam kemajuan jaman modern tanpa ada pertentangan jika memang tidak ada yang bertentangan dengan agama islam.
Sedangkan, istilah ekonomi islam menjawab tantangan jaman modern bisa dikatakan benar. Dengan adanyan jaman modern, ada pula tantangan yang harus dihadapi oleh ekonomi islam yakni: kurangnya para pakar ahli ekonomi islam yang berkompeten, kredibilitas sistem ekonomi dan sistem keuangannya, perangkat peraturan, hukum atau kebijakan dari pemerintah yang belum optimal. Ketiga tantangan tersebut oleh ekonomi islam mencoba menjawab dengan keyakinan dan sesuai realita.
Tantangan yang pertama,  mengenai kurangnya pakar akhli ekonomi islam yang berkompeten. Hal ini dijawab dengan sebuah forum Konvensi Nasional   Ekonomi Islam bertempat di Universitas Indoensia, yakni pada tanggal 4 Maret 2004, dideklarasikan lahirnya sebuah wadah Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) oleh  para tokoh ekonomi Islam nasional. Dengan berdirinya IAEI, semakin berkembangnya sekolah ataupun perguruan tinggi yang memiliki program studi ekonomi islam serta melakukan forum berupa seminar, workshop, dan pelatihan mengenai ekonomi islam.
Tantangan yang kedua, mengenai kredibilitas sistem ekonomi dan sistem keuangannya. Hal ini dijawab dengan perbaikan sistem ekonomi dan sistem keuangan agar sesuai dengan agama islam. Sistem ekonominya harus berlandaskan pada sumber hukum islam dan sesuai aqad dalam ekonomi islam. Mengenai sistem keuangannya, juga tidak boleh terlepas dari prinsip ekonomi islam yang salah satunya keadilan.
Tantangan yang ketiga, perangkat peraturan, hukum atau kebijakan dari pemerintah yang belum maksimal. Hal ini dijawab dengan sudut pandang stakeholder seperti pemerintah dan badan negara seperti OJK, BI ataupun LPS. Para stakeholder saat ini terus melakukan koordinasi dengan DSN-MUI untuk menetapkan hukum ataupun kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi islam. Dengan adanya koordinasi dan kerjasama antara para stakeholder dengan DSN-MUI diharapkan peraturan, hukum dan kebijakan tentang ekonomi islam dalam optimal.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi islam dapat menjawab tantangan jaman modern dan tidak menentang perkembangan jaman modern. Hal ini berarti ekonomi islam dapat berkembang dengan mengikuti perkembangan jaman modern dengan tetap berprinsip pada agama islam. Jika ekonomi islam mampu menjawab semua tantangan yang saat ini terjadi, maka ekonomi islam dapat diterapkan agar menciptakan sistem ekonomi yang adil untuk seluruh umat.

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Jalan Jenderal Ahmad Yani, Surakarta 57162, Indonesia
Kampus 2 UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB-UMS)

Followers

Stats

Didukung Oleh

Didukung Oleh

Link Blog

BTemplates.com

Popular Posts