Ramadhan dalam Bingkai Ekonomi
Oleh:
Annisa Rahma D.
Staff Departemen Riset FoSEI FEB
UMS 2018
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh kenikmatan
dan keberkahan di dalamnya. Bahkan Allah telah menjanjikan kenikmatan dan
pahala yang luar biasa bagi seluruh umatnya yang bersungguh-sungguh mengisi
moment ramadhan dengan kebajikan. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam
mengisi kebaikan di bulan penuh rahmat ini adalah di bidang ekonomi.
Mengapa ekonomi? Sebab, ekonomi adalah salah satu
bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan kita sebagai manusia. Pada bulan
Ramadhan, fakta menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas ekonomi. Bahkan aktivitas dan kegiatan ekonomi masyarakat pada
bulan Ramadhan cenderung meningkat semakin tinggi. Roda ekonomi benar-benar
hidup di bulan suci ini. Akan menjadi sia-sia jika kita sebagai umat Muslim
tidak mampu memanfaatkan aktivitas ekonomi yang kita lakukan sebagai ladang
pahala.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan
ramadhan di bidang ekonomi? Langkah kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan
menyisihkan uang kita untuk mengisi kotak amal yang kita temui. Membayar zakat,
selalu berperilaku sedekah dimanapun kita berada serta meninggalkan praktek
riba. Praktek riba merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan masyarakat
kita, padahal hal itu bertentangan dengan ajaran Islam. Salah satu praktek riba
yang biasa kita temui di bulan Ramadhan ini adalah kebiasaan masyarakat kita
yang menukarkan uangnya dengan uang pecahan yang biasanya ditawarkan di
pinggir-pinggir jalan. Pertanyaan kemudian muncul, “mengapa praktek menukarkan
uang pecahan dipinggir jalan termasuk riba?” Misalnya, uang seratus ribu
ditukar dengan pecahan lima ribuan dengan selisih sepuluh ribu atau ada
tambahanya, nah inilah termasuk transaksi riba. Karena berarti tidak sama,
meskipun dilakukan secara tunai. Bagaimanapun juga riba sangatlah
menyengsarakan dan terlarang di ajaran agama. Praktek penukaran uang dengan
cara seperti ini seharusnya dihindari agar kita terhindar dari riba dan
mendapat dosa besar.
Dengan begitu, disinilah hakikat bulan ramadhan
menjadi momentum lahirnya semangat dan kesadaran umat Islam untuk melakukan
aktivitas ekonomi sesuai ajaran agamanya. Dengan demikian, implikasi puasa
tidak hanya berdimensi ibadah spritual saja, tetapi juga mengajarkan akhlak
horizontal yaitu muamalah khususnya dalam bidang bisnis. Implementasi aktivitas
ekonomi Islam ini diharapkan mampu memperkuat sendi-sendi perekonomian bangsa
sehingga, kita tidak hanya mendapat pahala yang besar dengan menjalankan
syariat agama tapi juga turut membangun perekonomian bangsa.