Spirit Ramadhan Dalam Arus Ekonomi Islam
Oleh:
Mahanara
Puja Kusuma
Staf Departemen Riset FoSEI FEB UMS 2018
Bulan
ramadhan merupakan bulan yang sangat di tunggu tunggu oleh umat islam dan
bulan yang sangat baik untuk instropeksi diri masing masing dari kita.Tapi
selama ini saya menilai banyak orang yang salah paham dengan bulan ini,karena
masih banyak orang yang menjadikan bulan ini hanya untuk berleha leha tiduran
hanya untuk menunggu adzan maghrib.Kebiasaan ini harus di hilang kan karena ramadhan
adalah bulan penuh berkah jadi kita harus berlomba dalam kebaikan.
Bulan ramadhan sendiri adalah bulan suci yang penuh makna,penuh
pahala,sarat nilai dan penuh hikmah.Berpuasa juga mengajarkan kita untuk
hidup toleran dan hidup sederhana dan bahkan produktif.Sebenarnya Ramadhan
juga dapat membangkitkan ekonomi.
Berbicara ekonomi di tengah tengah bulan ramadhan,fakta menunjukan
para pelaku ekonomi mendapatkan hasil yang besar dengan adanya bulan
ini.Bahkan yang merasakan keuntungan bulan ramadhan tidak hanya umat islam
bahkan umat di luar islam pun mereka merasakan keuntungan nya.
Tak dapat di sangkal lagi roda ekoomi benar benar hidup di dalam bulan
yang penuh berkah ini.Karena itu kita tidak lah berlebihan jika mengharapkan
bulan ini ada sepanjang tahun untuk meninkatkan ekonomi,walaupun hal itu tak
mungkin.Keinginan ini sebagai dari hal positif dari naiknya pendapatan dari
pada bulan bulan lainnya.
Dan di bulan inilah menjadi
momentum untuk menjalankan ekonomi sesuai syariat islam yaitu menjauhi riba,menjauhi
gharar,maysir,tadlis,ihtikar dan lain sebagainya.Karena puasa itu tidak
semata mata dalam konteks spiritual tapi juga da dalam konteks ber
muamalah.Sungguh aneh bila ada orang berpuasa dengan khusyuk,tapi dia
melanggar ajaran ajaran Allah dalam mu’amalah.Seperti mempraktekkan riba dan
memanipulasi harga yang tidak pantas.
Implementasi dalam ekonomi Islam di harapkan dapat memerkuat sendi
sendi ekonomi umat yang puncaknya akan melahirkan social distributive justice(keadilan distribusi sosial ).Agar
harta tidak berputar hanya pada segelintir orang dengan mengoptimalkan konsep
zakat,infaq,sadaqah dan wakaf.
Pesan implisit Ramadhan patut
dijadikan masukan dalam membangun perekonomian umat dan bangsa ke depan.
Pembangunan harus dimulai dengan membangun nilai nilai ekonomi Islam dalam
kehidupan. Pemberdayaan sumber daya rakyat berdasarkan nilai-nilai Qurani
harus diprioritaskan.
Gagasan negara sejahtera dapat terwujud, apabila pembangunan fisik dan
spiritual (ketaqwaan) harus berjalan seimbang. Inilah model pembangunan
ekonomi yang ideal. Selain faktor-faktor produksi, tingkat ketaqwaan juga
merupakan “driving force” pembangunan ekonomi umat. Menurut Ramzan Akhtar
(1993) dalam artikelnya “Modelling the economic growth of an Islamic economy”
yang dipublikasikan di “The American Journal of Islamic Social Science
(AJISS)” menyebutkan bahwa tanpa adanya rahmat Ilahi, maka pembangunan
ekonomi sangatlah mustahil terjadi. Negara yang dihuni warga muttaqin pasti
akan mendatangkan rahmat Ilahi sehingga terwujudlah negara sejahtera.
Wallahualam.
|
|