Suscríbete

Kamis, 30 Juni 2016

LIFESTYLE ADALAH BEGROUND DARI MASYARAKAT



LIFESTYLE ADALAH  BEGROUND DARI MASYARAKAT

Oleh : Devi Savitri

Saat ini pola pikir dan tindakan masyarakat dalam hal konsumsi suatu barang atau jasa dilakukan secara berlebihan atau tidak sepantasnya. Khususnya masyarakat di Indonesia sendiri yang menyertai kemajuan ekonomi dengan berkembangnya budaya konsumsi yang ditandai berkembangnya gaya hidup atau sering dikenal Lifestyle.Masyarakat umumnya melakukan konsumsi suatu barang atau jasa tidak memandang apakah mereka membutuhkan barang tersebut atau tidak.Tetapi mereka lebih memikirkan tentang trend barang tersebut agar tidak dianggap kudet atau ketinggalan jaman. Hal tersebut telah mendarah daging pada semua lapisan masyarakat mulai dari kalangan kelas bawah, menengah, maupun kelas atas. Gaya hidup semacam itu juga akibat campuran dari budaya luar.Mulai dari gaya berpakaian, musik, film, dan budaya pop barat lainnya sebagai kiblat dan kerap hanyut dalam nostalgia. Sehingga seseorang yang menjadikan kekonsumtifan itu sebagai gaya hidup maka sudah tergolong penganut konsumerisme (konsumsi berlebihan secara berkelanjutan).

Salah  satu contoh misalnya membeli jilbab dan  pakaian. Sekarang ini sangat marak dengan grub-grub atau akun-akun di media social tentang style hijabers masa kini atau modern. Sehingga masyarakat berlomba- lomba dalam membeli hijab dan pakaian yang ter- up to date. Mereka juga tidak memperdulikan harga, karena mereka lebih memikirkan bahwa barang yang dibeli sedang trend pada masa kini. Mereka juga beranggapan bahwa dengan mereka membeli barang yang up to date berarti mereka termasuk orang yang kekinian atau modern. Sehingga di luar sana banyak sekali style hijab yang kekinian dan digemari konsumen atau masyarakat. Style seperti ini merupakan pola hidup yag berlebihan dan boros serta berpaku pada peningkatan pembelian. Hal ini didukung adanya paham atau gaya  hidup yang menganggap barang-barang mewa sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dsb.

 Namun didalam islam telah ditegaskan bagaimana pola konsumsi yang sesuai tuntunan nabi, seperti yang tercantum dalam hadist nabi yang diriwayatkan muslim “jika suatu suap diantara kamu sekalian jatuh, maka hendaklah ia membersihkan kotorannya dan (setelah itu) hendaklah memakannya dan tidak membiarkannya untuk setan” Anas berkata” dan beliau memerintahkan kita untuk menghabiskan makanan dari piring” beliau SAW juga bersabda “sesungguhnya kamu tidak mengetahui dimakanan manakah adanya keberkahan. Makna dari hadist ini adalah pelanggaran terhadap konsumsi yang berlebihan, apalagi menghamburkan harta pada hal yang tidak jelas sasaranya. Namun dibenarkan apabila berbelanja pada hal- hal yang dibutuhkan. Jadi menurut perspektif islam lifestyle yang berlebihan atau hanya mengikuti trend sangat tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan perilaku hidup boros dan menimbulkan sikap riya’ atau pamer. Pamer akan style baru mereka dan akhirnya masyarakat sibuk berlomba- lomba mengikuti style seiiring berkembangnya jaman. Untuk itu kita sebagai remaja harus pandai dan selektif dalam menerima budaya dari luar yang tidak sesuai tuntunan nabi. Kita tidak boleh asal mengikuti budaya luar, hal tersebut sama saja telah menodai jati diri dan adat ketimuran serta identitas sebagai seorang muslim. Maka disinilah diperlukan bahwa pentingnya pengetahuan akan nilai- nilai agama (etika), dengan agama maka mitra (konsumen) akan senantiasa mengontrol diri dan mawas diri tentunya dari hawa nafsu untuk membeki barang atau jasa yang tidak dibutuhkan.

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Jalan Jenderal Ahmad Yani, Surakarta 57162, Indonesia
Kampus 2 UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB-UMS)

Followers

Stats

Didukung Oleh

Didukung Oleh

Link Blog

BTemplates.com

Popular Posts