Suscríbete

Rabu, 29 Juni 2016

KONSUMSI KAPITAL BUKAN PENYEBAB PERTUMBUHAN EKONOMI SURPLUS

KONSUMSI KAPITAL BUKAN PENYEBAB PERTUMBUHAN EKONOMI SURPLUS

Oleh : Rafiq Afif
“FoSEI FEB UMS”

Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat dikatakan belum stabil. Menurut situs dunia BBC.com bahwa keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 2015  telah mengalami penurunan dari tahun 2014, yang semula 5,02 % turun menjadi 4,7 %. Melemahnya harga komoditas dan turunnya belanja konsumen, berbarengan dengan perlambatan di Cina, yang merupakan mitra kunci perdagangan merupakan penyebab utamanya. Tetapi akhir - akhir ini Presiden Joko Widodo mentargetkan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2016 sebesar 5,5 % lebih rendah dari tahun kemarin yang menargetkan sebesar 5,7 % (Sumber BBC.com)
Dari informasi di atas dapat kita simpulkan bahwa harga komoditas dan tingkat konsumsi suatu barang merupakan penyebab utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami surplus atau defisit. Yang menjadi pertanyaan, apakah hanya karena tingkat konsumsi tinggi dan harga komoditas murah yang kemudian menyebabkan pendapatan nasional surplus dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu Negara ?. Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan pertama mari kita simak analisis berikut. Ketika sebuah negara [misalnya saja Indonesia] melakukan suatu gerakan untuk mengonsumsi barang dan jasa secara besar - besaran, maka tingkat produksi terhadap objek ekonomi tersebut akan ditingkatkan dan tentunya memerlukan faktor produksi berupa modal yang sangat besar untuk menunjang tingkat produksi tersebut. Dalam melakukan kegiatan produksi tentunya setiap produsen memerlukan tempat untuk mengolah produknya mulai dari bahan mentah menjadi barang jadi (barang yang bisa dijual - belikan) atau lebih mudahnya kita sebut pabrik atau yang semacam dengannya, pabrik tersebut masuk dalam kategori faktor produksi karena bangunannya berdiri di atas tanah yang merupakan modal awal dalam membangunnya. Ketika dilakukan pembangunan pabrik secara besar - besaran untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan konsumsi yang meningkat besar, maka akan memerlukan banyak juga factor produksi tanah yang terpakai untuk pembangunan pabrik. Nah, ketika banyak pembangunan pabrik dimana mana, maka pembangunan infrastruktur seperti halnya jalan sebagai hal paling penting dalam pendistribusian barang akan terkendala masalah lahan yang kurang atau sempit dan akhirnya banyak kemacetan dimana - mana yang mengakibatkan ketidak lancaran pendistribusian barang. Selain itu kemacetan dijalan bukan hanya karena kurangnya infrastruktur jalan dan lahannya, akan tetapi dari segi konsumsi masyarakat yang besar juga bisa mengakibatkan kemacetan di jalan. Misalnya, ketika seseorang memiliki tingkat konsumsi tinggi terhadap alat transportasi mobil, maka bisa jadi seseorang tersebut akan memiliki mobil lebih dari 1 dirumahnya. Coba bayangkan jika setiap orang dalam anggota rumah tangga memiliki mobil pribadi di rumahnya dan itu hampir terjadi pada setiap keluarga di Jakarta misalnya, apa yang akan terjadi ? tentunya kemacetan akan terus bertambah prosentasenya dan akan semakin sulit untuk diatasi, karena kurangnya lahan pelebaran infrastruktur jalan. 
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa tingkat konsumsi tinggi dan harga komoditas murah bukan merupakan penyebab utama perekonomian suatu Negara meningkat atau tidak. Kalaupun ada mungkin harus diimbangi dengan pemerataan tingkat konsumsi di setiap golongan masyarakat dan bukan hanya beberapa golongan saja yang meningkat konsumsinya dengan cara memanajemen perputaran uang di masyarakat dengan efektif dan tepat guna melalui sistem zakat, infaq, dan Shodaqoh.


Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Jalan Jenderal Ahmad Yani, Surakarta 57162, Indonesia
Kampus 2 UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB-UMS)

Followers

Stats

Didukung Oleh

Didukung Oleh

Link Blog

BTemplates.com

Popular Posts