Generasi
Muda Penerus Bangsa
Oleh : Faidhatul Achsani
Agent
of change, mungkin memang kata-kata itu tidak asing lagi kita dengar untuk para
generasi muda. Yang mana dituntut untuk bisa membawa perubahan oleh bangsa ini
khususnya. Lantas perubahan yang
bagaimana? Berubah dari satu tempat ke
tempat lain? Perubahan yang membawa dampak baikkah? Ataupun sebaliknya. Tapi
akankah semua pemuda memiliki kesadaran akan hal itu? Akankah semua bisa dan
mampu merealisasikan kedalam kehidupan nyata? Ya jawabannya ada didalam diri
kita.
Bukan
suatu hal yang mudah untuk bisa merubah bangsa ini menjadi lebih baik lagi.
Tentunya melewati proses yang panjang dan berliku-liku. Dalam poses tersebut
tentu adanya sebuah perjuangan dan pengorbanan untuk bisa mendapatkan hasil
yang memuaskan. Jerih payah usaha keras akan selalu menjadi saksi bisu
perjuangan ini. Awal yang harus kita lakukan adalah dengan merubah diri kita
sendiri. Merubah cara berfikir, merubah gaya hidup, merubah hal-hal yang
mungkin kurang bermanfaat untuk kita. Karena ini sangatlah berpengaruh untuk
masa depan kelak. Lantas merubah yang
bagaimana? Dengan menjadi pribadi yang lebih baik lagi tentunya, selalu
berfikir positif akan masa depan yang
cerah dan melakukan segala hal yang bisa membuat diri kita berkarya entah untuk
diri sendiri atau bahkan bisa dinikmati oleh linkungan kita. Karena kita
menjadi mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang berpendidikan dan
memiliki tanggungjawab serta fungsi sosial terhadap masyarakat secara umum.
Ketika
sudah mulai memperbaiki diri sendiri, bukan suatu persoalan lagi untuk tidak
mengajak orang lain. Karena ini menjadi tanggungjawab kita. Sebagai masyarakat
indonesia yang tentunya beraneka ragam budaya adat istiadat dan perbedaan ras.
Bukan saling memecah belah antar suku, melainkan bekerjasama saling membantu.
Bukan menjelekkan antar budaya, melainkan saling menjaga kelestariannya. Bukan
saling menghina perbedaan yang ada, melainkan memperkuat persatuannya. Karena
bumi ini sudah semakin tua, tak layak kita perkosa, melainkan kita rawat
sepenuhnya. Bumi ini sedah semakin rapuh, tak layak kita bikin ricuh, melainkan
kita jaga dengan sungguh. Takut gagal? atau takut untuk bersaing? Memang
kata-kata itu sering kali menghantui kita. Gagal, gagal, dan gagal mainset itu
yang akan membuat kita pesimis dalam melakukan sesuatu. Padahal untuk sekedar
memulai saja belum, mengapa takut untuk gagal? Mungkin itu gagal menurut kita,
bisa jadi Allah sedang menunjukkan jalan lainnya. Karena Allah tahu mana yang
terbaik untuk hamba-Nya.
Pernahkah
kita mendengar istilah creative minority? Itu yang mungkin sering di dengar
oleh kalangan mahasiswa. Lantas apakah itu creative minority? Kurang
lebihnya adalah kemampuan suatu masyarakat untuk tetap bertahan yang dimotori oleh sekelompok
kecil orang yang secara kreatif menggagas dan mengaplikasikan ide dan
solusi-solusi baru untuk menghadapi tantangan yang ada. Ide dan solusi tersebut
sangatlah tepat dan sesuai dalam menjawab tantangan yang ada. Sebagai
mahasiswa yang mana dipandang orang yang berpendidikan harus bisa mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pergerakan mahasiswa sebagai creative minority harus tetap
berjuang di tengah keengganan mahasiswa lain dalam berpartisipasi ikut serta
dalam pergerakan dan organisasi pergerakan yang ada. Dari hal kecil dapat
menjadi besar jika kita yakin apa yang kita lakukan untuk kemaslahatan umat.
Dimulai
dari gerakan kecil yang giat dalam mengawal pembangunan bangsa yang dilakukan
pemerintah dan kegiatan soisal kemasyarakat yang dibangun kembali, bersikap kritis dan tidak apatis
terhadap perubahan yang ada atau bahkan bersikap netral. Dari gerakan kecillah
perubahan kembali muncul. Saya yakin gerakan creative minority akan menjadi
creative mayority di negeri ini. Jika kita semua sadar akan peran kita sebagai agent of change dan social control. Mulailah
dari sekarang, Jika tidak dari kita siapa lagi, Jika tidak dari sekarang kapan
lagi.