Suscríbete

Minggu, 07 Juni 2020

Antara Corona dan Congornya


Antara Corona dan Congornya

Mungkin terlalu kasar bila kita memakai kata-kata diatas sebagai judul untuk menggambarkan situasi akhir-akhir ini. Disaat Pandemi Covid-19 yang sedang meraja rela baik di desa maupun di kota. Disaat banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya, hingga datang bantuan pemerintah dengan berbagai ide cemerlangnya. Namun, Apakah Pemerintah benar-benar tepat dalam memberi bantuan? Apakah Pemerintah benar-benar tepat dalam mengambil kebijakan? Saya pikir tidak. Sebagai contohnya dalam kebijakan harga BBM yang dikelola oleh Pertamina.

Pertamina, salah satu BUMN terbesar di Indonesia. Apakah kalian tahu berapa gaji, bonus, tantiem direksi dan komisaris Pertamina setahun? 671 miliar! Jika ada 17 direksi ditambah komisaris, mudah saja menghitung rata-ratanya, dapat 39 miliar per tahun, itu ada di Laporan Keuangan Pertamina tahun 2018. Lantas saat ada rapat di DPR salah satu direktur Pertamina ditanya soal ini dia bilang data itu hoax”, di rapat resmi, formal, berani sekali dia bilang hoax. Sejak hari itu, saya paham definisi hoax jenis baru, kok bisa Laporan Keuangan Pertamina 2018 disebut hoax oleh direkturnya sendiri? Itu Laporan Keuangan disiapkan sendiri oleh Pertamina dan diaudit oleh auditor independen, eh dibilang hoax oleh direkturnya sendiri.

Hari ini saat minyak dunia tumbang, harga BBM di negeri ini tetap begitu-begitu saja, kalian saksikan orang-orang ini, juga pejabat ESDM berkomentar ini itu. Kalian percaya ocehan mereka? Saat mereka menyajikan data dan fakta kalian percaya? Kok bisa-bisanya itu minyak dunia turun. Pertamina tetap jual harga yg sama. Di negara lain, sebagai contoh Malaysia, minyak setara Pertamax Turbo, cuma dijual 5.500 doang, di Indonesia dua kali lipatnya, fantastis. Akan selalu saja ada alasannya untuk menolak menurunkan harga. Sampai bingung, itu Pertamina masih milik 100% rakyat Indonesia bukan sih? Atau jangan-jangan, itu punya elit tertentu saja? Ah sudahlah.

Bukankah mereka dikasih gaji puluhan miliar agar rakyat Indonesia dapat harga BBM yang fair dan adil, bukan cuma penuh pencitraan bergaya. Percuma mendapat amanah oleh 270 juta orang nyari solusi bila pada akhirnya malah menambah pundi-pundi kekayaan sendiri. Sungguh, di saat pandemi covid-19 yang mewabah ini bukan krisis ekonomi atau krisis pangan yang dikhawatirkan. Melainkan krisis moral yang melanda elite penguasa. Penyakit lama itu lebih mengerikan dari pada pembebasan para napi yang kemudian justru berbuat kekacauan dimana-mana. Bahkan penyakit lama itu lebih mengerikan daripada pandemi covid-19 ini sendiri. Sungguh, hanya karena krisis moral maka bangsa ini akan tumbang dengan sendirinya.

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Jalan Jenderal Ahmad Yani, Surakarta 57162, Indonesia
Kampus 2 UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB-UMS)

Followers

Stats

Didukung Oleh

Didukung Oleh

Blog Archive

Link Blog

BTemplates.com

Popular Posts